);

Pagi ini diawali dengan sebuah perasaan haru karena one of my sister is going to have a long journey untuk mengejar mimpinya menjadi seorang Chef. Bicara tentang itu, hal pertama yang muncul dalam pikiranku adalah jenis perasaan yang dirasakannya nanti sebagai seorang anak yang untuk pertamakalinya meninggalkan tanah kelahiran untuk waktu yang lama dan jauh.

Seperti biasa, hal-hal seperti ini mengingatkanku pada jejak cerita yang pernah aku lewati. Mengingatkanku pada jenis perasaan yang menggumpal di dalam dada ketika pesawat mulai beranjak dari tanah Minang dan membawaku ke perantauan untuk pertama kalinya.

Waktu itu sambil membiarkan mataku basah dan memperhatikan hijaunya tanah Andalas terlihat semakin pudar, ada satu kalimat yang muncul dan berbisik dengan jelas; “Ci, rasa penasaranmu jangan pernah hilang,”.

Ya. “Rasa penasaranmu jangan pernah hilang,” kata life guru-ku suatu hari ketika kami sedang bercakap-cakap tentang cita-cita dan perjuangan. Pesannya itu, adalah bekal yang selalu aku tenteng hingga hari ini dan aku bagi dengan petualang lain yang mungkin sedang butuh asupan nutrisi di tengah perjalanan panjangnya.

Satu kalimat sederhana yang mungkin sering kamu dengar itu, bagiku memiliki cerita dan arti yang begitu luas. Satu kalimat yang terdengar klise itu, adalah lusinan halaman dari buku manual mengenai cara menjalani hidup yang masih aku coba pahami.

 

Rasa Penasaran

Rasa penasaran tidak hanya bercerita tentang bagaimana kita ingin tau tentang sesuatu yang menarik perhatian. Rasa penasaran tidak hanya menaungi pertanyaan-pertanyaan kita atas sesuatu yang kita tidak kenal. Bagiku, rasa penasaran bertugas lebih jauh dari itu. Sebab untuk terus berevolusi dan tumbuh, rasa penasaran berperan seperti pori-pori yang menambah daya serap akan segala hal yang perlu dan harus untuk diserap. Rasa penasaran membuat kita lebih ‘mendengarkan’.

 

Mendengarkan? Apa Bedanya dengan Mendengar?

Entahlah jika dibahas secara tata bahasa atau arti secara harfiah. Yang aku tau, mendengarkan dan mendengar adalah dua kata yang berbeda dan terjadi dalam bentuk berbeda. Kita mendengar suara hujan, kita hanya tau bahwa itu adalah suara hujan. Tapi ketika kita mendengarkan suara hujan, kita menyimak jenis rintiknya sedang deras atau tidak, kita menyimak suara air yang turun dan pecah begitu terhempas di atas permukaan, hingga menyimak suara-suara lain yang ikut bergema ketika hujan.

Lebih jauh lagi, ketika kita mendengar lagu, kita hanya mendengar getaran pita suara penyanyinya diiringi oleh irama yang terdengar menarik di telinga. Ketika kita mendengarkan sebuah lagu, kita memahami bentuk ketukannya, kita melihat rasa yang disampaikan penulisnya, dan kita menyimak suara yang diceritakan penyanyinya.

Sudah terasa bedanya?

 

Mendengarkan dan Rasa Penasaran

Lantas, apa hubungannya sebuah rasa penasaran dengan proses mendengarkan?

Ketika kita tidak memiliki rasa penasaran terhadap suara hujan, kita tidak akan dengan sengaja mendengarkan bunyi rintiknya. Ketika kita tidak memiliki rasa penasaran dengan sebuah lagu, kita tidak akan dengan sengaja mendengarkannya sambil merasakan apa yang dinyanyikan dalam hasil kawin antara puisi dan musik tersebut. Maka untuk mendengarkan, selain ketertarikan kita juga harus memiliki rasa penasaran.

Sayangnya, antara rasa penasaran dengan sekedar ingin tahu sering disalah artikan. Aku tidak tau jika kamu memahaminya dengan cara yang sama, tapi bagiku jelas ada perbedaan antara rasa penasaran dengan hanya sekedar ingin tahu. Lebih dalam lagi, dengan  sebuah rasa penasaran kita akan menjadi sebuah gelas kosong yang siap untuk menampung air lagi sedangkan ingin tahu hanya akan menjadi pemanis atau pewarna pada air yang sudah ada di dalam gelas tadi.

 

Gelas Kosong?

Yap. Gelas kosong. Aku selalu percaya bahwa untuk bisa menerima sesuatu dan menampungnya dengan baik, kita harus menjadi sebuah gelas kosong. Sederhananya, gelas yang sudah terisi tidak bisa lagi dituang air kecuali kita ingin melihatnya melimpah.

Gelas kosong ini adalah pikiran kita. Bentuk dan ukuran gelasnya adalah cara kita memproses air yang akan dituangkan ke dalamnya. Sedangkan air yang akan ditampung nanti, adalah hal apapun yang datang dari luar diri kita.

Nah, seringkali kita mendengar atau melihat orang-orang yang merasa betul sendiri, tidak bisa disalahkan, atau tidak bisa menghargai pendapat orang lain. Bagiku, ketika itu terjadi, kita hanya tidak menampung airnya dengan gelas kosong. Kita mendengar dan menerima informasi dan hal-hal baru dalam keadaan penuh, tidak menyisakan ruang untuk ‘air’ lainnya yang seharusnya tertampung oleh ‘gelas’ kita.

Hasilnya, sulit bagi kita untuk menyerap nilai, rasa, pandangan, informasi dan banyak hal lainnya sebagai bahan untuk tumbuh dan berevolusi. Kita hanya akan bertahan dengan apa yang kita punya tanpa memberi kesempatan pada hal tersebut untuk berkembang. Akibatnya, banyak informasi sederhana yang penting dan berguna menjadi terlewatkan begitu saja karena kita percaya bahwa kita sudah cukup.

 

Gelas Kosong, Mendengarkan dan Rasa Penasaran

Pernah nonton film 50 First Date nya Adam Sandler dan Drew Barrymore? Ingat dengan scene ketika Lucy berkata pada Henry Roth bahwa “Nothing beats a first kiss”. Tidak ada yang bisa mengalahkan ciuman pertama. Pada dasarnya, tidak ada yang bisa mengalahkan sensasi apapun untuk yang pertama.

Tidak ada yang bisa mengalahkan sensasi perjalanan pertamamu seorang diri, tidak ada yang bisa mengalahkan harunya melihat ponakanmu untuk pertama kalinya, tidak ada yang bisa mengalahkan euforia ketika kamu nonton live concert untuk pertama kalinya, tidak ada yang bisa mengalahkan rasa bangga ketika kamu mencicipi masakan pertama yang berhasil kamu sajikan. Tidak ada yang bisa mengalahkan sesuatu yang pertama. Sayangnya, kita selalu berpikir sesuatu yang pertama hanya terjadi untuk sekali di saat pertama itu saja.

Padahal, dengan selalu menjadi gelas kosong yang penuh rasa penasaran kita bisa membuat segala sesuatunya terasa seperti untuk pertama kalinya. Hidup akan terasa penuh dengan kejutan. Petualangan kita akan diwarnai oleh banyak pelajaran dan tentu saja, kita akan tumbuh dengan perkembangan yang begitu mengesankan.

Maka, untuk tetap menjalani hari-hari dengan semangat dan excitement yang menggebu-gebu, tidak ada salahnya untuk mulai mencoba menjadi gelas kosong dengan ‘mendengarkan’ segala hal untuk membayar rasa penasaran yang tidak pernah habis dalam diri kita.

Penasaran?

 

x