);

Bahagia adalah satu kata yang kerap disebut-sebut untuk menggambarkan suasana hati pada keadaan tertentu. Seringkali bahagia dijadikan alasan atau tujuan akhir dari apapun yang sedang dan akan dilakukan. Lebih sering lagi, bahagia dijadikan beban karena entah bagaimana tidak peduli apapun yang sudah kamu lakukan, bahagia tidak kunjung datang.

Lemme tell you one thing, my friend. Bahagia itu lahirnya di bagian tidak terlihat di dalam kepala itu, kemudian menjalar ke potongan abstrak di balik dada yang sering terasa sesak itu dan tidak mudah menemukannya ketika pikiranmu sibuk mencari tahu apa yang membuatmu tidak bahagia.

Tanpa bermaksud pura-pura tangguh atau bertingkah bijak, lemme tell you another thing about ‘bahagia’; semua hanya persoalan mindset.

Baca Juga: Titik Nadir; Sebuah Mitos

 

Terdengar klise tapi sulit diaplikasikan?

Kamu tidak akan merasa bahagia ketika menghadapi makan siang lengkap dengan menu super enak kalau kepalamu masih saja mencari-cari alasan untuk mengedepankan kekurangan dari makan siangmu itu. Seperti ‘percuma makan siang enak tapi makannya sendirian’ misalnya.

Kamu tidak akan merasa bahagia memiliki pekerjaan tetap karena kepalamu masih saja mencari celah untuk menganggap bahwa pekerjaan itu membosankan atau rekan kerjamu sama sekali tidak menyenangkan untuk diajak berinteraksi.

Kamu tidak akan merasa bahagia bepergian kesana-kemari jika kepalamu masih suka mengeluhkan berbagai hal yang tidak bisa kamu atur.

 

Jadi?

Sekali lagi, bahagia itu kita yang buat. Cara sederhana paling sulitnya adalah dengan merasa cukup sebab apapun yang kita punya dan dapatkan, apapun yang tidak seharusnya kita dapatkan dan tidak miliki, tidak akan pernah tertukar.

Sekali lagi, bahagia itu kita yang buat. Cara sederhana lainnya yang terasa sulit adalah dengan memahami bahwa bahagia itu ternyata adalah sebuah proses dan terasa dalam sebuah proses karena apapun yang kita jalani dan lakukan dalam hidup ini adalah sebuah proses.

 

Proses?

Benar. Sebuah proses. Bahagia adalah sebuah proses dan bukan tujuan akhir.

 

Baca Juga: The Climb; Bukan Puncaknya